Bekasi, jurnalperistiwa.net – Peringatan Hari Santri Nasional 2025 yang jatuh pada 22 Oktober 2025 seharusnya menjadi momentum penghargaan bagi para santri sebagai benteng moral dan spiritual bangsa. Namun, di Kabupaten Bekasi, pemandangan berbeda justru terjadi. Bangunan Pondok Pesantren Yayasan Al Hudri Wal Ibrah di Desa Karangraharja, Kecamatan Cikarang Utara, terdampak penggusuran oleh Pemerintah Kabupaten Bekasi pada Senin (20/10/2025) kemarin.
Pengajar di Yayasan Islam Al Hudri Wal Ibrah, Insan Kamil (38), mengatakan bahwa sebanyak tiga ruang kelas dan dua asrama santri laki-laki menjadi bagian dari bangunan yang terdampak penertiban tersebut.
“Kalau yang ikhwan (laki-laki) mau tidak mau untuk sementara kumpul di masjid beberapa hari. Kalau yang akhwat (perempuan) karena cuma ruang belajarnya yang kena gusur, jadi tetap aktivitas di kamar masing-masing,” ujar Insan di lokasi pondok pesantren, Selasa (21/10/2025).
Menurut Insan, sebanyak 94 santri menimba ilmu di ponpes tersebut. Mereka berasal dari wilayah Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, hingga luar daerah. Seluruhnya juga menetap di asrama ponpes. Ia mengaku para santri sempat gelisah dan menanyakan nasib mereka usai penggusuran.
“Sempat, ya namanya anak-anak, nanyain belajar di mana. Saya bilang tetap di sini. Kita kasih pemahaman kepada santri untuk menghadapi ini semua dengan ikhlas,” imbuhnya.
Sebelum dilakukan penertiban oleh Satpol PP menggunakan alat berat, pihak pesantren sudah lebih dulu meminta izin untuk melakukan pembongkaran mandiri. Hal itu dilakukan karena bangunan ponpes tergolong lama dan dikhawatirkan kerusakannya bisa berdampak pada konstruksi bangunan lain yang masih berdiri di lahan milik yayasan.
Namun, di lapangan, bangunan yang lebih dulu digusur justru asrama santri laki-laki dan masjid, bukan ruang kelas yang sudah dipersiapkan untuk dibongkar.
“Sementara ini masih bertahan karena tidak semua pesantren ini tanah pengairan. Yang tanah milik ada tiga kavling,” jelas Insan.
Pasca penertiban, para santri dan jamaah setempat bergotong royong membenahi bangunan pesantren yang terdampak. Material yang masih bisa digunakan disimpan agar dapat dimanfaatkan kembali. Meski begitu, kegiatan belajar mengajar (KBM) diakui Insan sempat terganggu, sehingga sementara waktu dijalankan secara daring.
Ponpes Al Hudri Wal Ibrah berdiri sejak tahun 2000. Seiring meningkatnya jumlah santri tiap tahun, pihak yayasan memperluas bangunan dengan membeli sebagian tanah pengairan atas dorongan warga sekitar.
“Kita beli tanah pengairan ini karena santri semakin banyak supaya bisa ketampung. Warga juga mendukung waktu itu,” kata Insan.
Kini, dengan jumlah santri yang tersisa 94 orang, pihak yayasan berencana melakukan pembangunan dua lantai di lahan milik pesantren sebagai solusi jangka panjang.
Tema Hari Santri Nasional 2025 yang diusung Kementerian Agama RI, yakni “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia”, menjadi pengingat pentingnya peran santri dalam membangun bangsa. Namun, kasus seperti yang dialami Ponpes Al Hudri Wal Ibrah diharapkan menjadi refleksi agar dukungan terhadap lembaga pendidikan keagamaan di daerah tetap diperhatikan dan diperkuat.
“Kita tetap mendukung kebijakan pemerintah. Kalau saya ya ini takdir, mau diapain. Nanti kita rapikan sedikit-sedikit, insyaallah kita naikin dua lantai kalau ada rezekinya,” tutup Insan. (Red).
